Minggu, 25 April 2010

Kristenisasi dan Kejahatan-Kejahatannya

0 komentar
Ketika Orde Baru jaya, banyak para pejabat yang tidak percaya adanya kristenisasi besar-besaran yang telah terjadi di Indonesia. Tetapi setelah dikeluarkan buku "Fakta dan Data" tentang kristenisasi di Indonesia oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, semua pihak terperangah dan yakin bahwa pihak misionaris zending telah bekerja keras siang-malam untuk mengkristenkan umat Islam secara khusus.

Pada Orde Reformasi mereka semakin berani melakukan kristenisasi secara terbuka bahkan keji. Mereka menggunakan Al-Qur`an dan Hadits dengan diputarbalikkan untuk membenarkan ajaran sesat mereka, dan untuk mengelabui umat Islam. Gerakan kristenisasi bergerilya dengan kedok "dakwah ukhuwwah" dan "shirathal mustaqim" secara gencar dan tersembunyi, gerakan itu dikoordinasi oleh Yayasan NEHEMIA yang dipelopori Dr. Suadi Ben Abraham, Kholil Dinata dan Drs. Poernama Winangun alias H. Amos.

Mereka telah mengeluarkan beberapa buku diantaranya:
1. Upacara Jama`ah Haji
2. Ayat-ayat yang menyelamatkan
3. Isa `alaihis salam dalam pandangan Islam
4. Riwayat singkat pusaka peninggalan Nabi Muhammad saw
5. Membina kerukunan umat beragama
6. Rahasia jalan ke surga
7. Siapakah yang bernama Allah itu?

Isi buku-buku dan brosur tersebut di atas diantaranya:
・ Upacara Ibadah Haji adalah penyembahan berhala tertutup
・ Islam agama khusus untuk orang Arab, Al-Qur`an kitab suci orang Arab dan Nabi Muhammad saw adalah nabi untuk orang Arab yang mengajarkan penyembahan berhala dan tidak akan selamat di akhirat
・ Tuhan orang Islam adalah batu hitam (hajar aswad)
・ Waktu sholat sangat kacau dan Al-Qur`an tidak relevan
・ Nabi Muhammad saw memperkosa gadis dibawah umur
・ Al-Qur`an untuk Iblis, Injil petunjuk bagi umat Islam yang taqwa
・ Bapaknya Yesus adalah Allah subhanahu wa ta`ala
・ Semua umat masuk Neraka kecuali umat Kristen
・ Nabi Muhammad saw wafat mewariskan kitab Injil
・ Khadijah, istri Nabi Muhammad saw beragama kristen

Sanggahan terhadap tuduhan-tuduhan keji tersebut:
・ Ibadah Haji dituduh sebagai penyembahan berhala tertutup, itu tuduhan keji. Tidak bolehnya orang non muslim ke Mekkah bukan untuk menutupi upacara ibadah haji. Dan ibadah haji itu tidak ada penyembahan berhala seperti dituduhkan H. Amos orang Kristen. Namun itu perintah langsung dari Allah swt yang artinya:"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini".(Q.S. At-Taubah: 28). Tuduhan itu juga bertentangan dengan kenyataan, karena upacara ibadah haji ditayangkan pula ke berbagai negara di dunia lewat televisi. Terbukti tak ada penyembahan berhala dalam upacara ibadah haji dan tidak tertutup.

・ Nabi Muhammad saw dituduh hanya rasul untuk bangsa Arab, dan tidak akan selamat di akhirat. Tuduhan itu sangat jahat,
karena Allah swt telah menegaskan dalam Al-Qur`an yang artinya: "Dan Kami tiada mengutusmu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam". (Q.S. Al-Anbiya:107). "Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Q.S.Saba`:28). "Al-Qur`an adalah suatu peringatan untuk semesta alam." (Q.S. At-Takwir 27 dan Al-Qalam 52). "Dan Kami turunkan Al-Qur`an kepadamu (Muhammad) supaya engkau jelaskan umat manusia, apa-apa yang diturunkan kepada mereka, supaya mereka berpikir." (Q.S. An-Nahl 44). "Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi, dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (Q.S. Al-Ahzab 40)

・ Tuduhan tentang Nabi Muhammad saw tidak selamat di akhirat, maka harus dibacakan sholawat, itu tuduhan keji pula. Bisa diperbandingkan dengan keadaan bahwa bayi yang meninggal dunia pasti selamat akan masuk surga. Namun bayi yang meninggal itu tetap disholati dan didoakan. Orang yang mensholati, mendoakan dan menguburkan mayit bayi ini akan mendapat pahala.
Terhadap bayi yang belum berjasa saja harus didoakan, apalagi terhadap seorang Nabi saw, yang telah sangat berjasa bagi umat manusia. Ini sudah pas dari segi ajaran agama maupun akal yang mau menerimanya.

・ Tuduhan bahwa Islam mengajarkan penyembahan berhala batu hitam bernama Hajar Aswad, itu tuduhan yang amat keji dan licik. H. Amos memutarbalikkan fakta, Hajar Aswad dianggap sebagai berhala yang disisakan setelah 359 berhala dihancurkan, dengan mengutip hadits Bukhori tanpa disertai teksnya. Ternyata H. Amos sebagai orang Kristen bohong, karena Hajar Aswad bukan termasuk berhala. Teksnya Hadits Bukhari nomor 832, terjemahnya:
"Dari Ibnu `Abbas ra katanya: "Ketika Rasulullah saw mula-mula tiba di Makkah, beliau enggan hendak masuk Ka`bah karena di dalamnya banyak patung. Beliau memerintahkan supaya mengeluarkan patung-patung itu, maka dikeluarkan mereka semuanya termasuk patung Nabi Ibrahim dan Isma`il yang sedang memegang Azlam (alat untuk mengundi). Melihat itu Rasulullah saw bersabda:
"Terkutuklah orang yang membuat patung itu!, Demi Allah sesungguhnya mereka tahu bahwa keduanya tidak pernah melakukan undian dengan Azlam, sekali-kali tidak". Kemudian beliau masuk ke dalam Ka`bah, lalu takbir di setiap pojok dan beliau saw sholat di dalamnya". (Shahih Bukhari No. 832)

・ Tuduhan tentang waktu sholat sangat kacau, itu tuduhan yang sangat mengada-ada. Penuduh membentrokkan ayat-ayat dengan hadits Bukhari tanpa mau memahami Q.S. Al-Isra 78 dan Q.S. Hud 114, dibentrokkan dengan hadits Bukhari nomor 211, lalu dikomentari bahwa yang dipakai hadits, bukan Al-Qur`an. Maka dituduh kacau. Padahal kalau mau memahami, ayat-ayat maupun hadits tersebut semuanya bermakna bahwa sholat wajib adalah 5 waktu sehari semalam, yaitu Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan `Isya.

・ Nabi Muhammad saw dituduh memperkosa gadis dibawah umur, itu tuduhan yang sangat menghina. Tuduhan itu hanya menunjukkan kebencian yang amat sangat, dan tidak bisa mengemukakan bukti-bukti larangan tentang menikahi gadis dalam batasan umur. Padahal umur 9 tahun seperti `Aisyah yang mulai diajak berumah tangga oleh Nabi saw setelah dinikahi pada umur 6 tahun, itu tidak ada larangan. Sedangkan gadis-gadis Arab-pun dalam usia 9 tahu sudah mungkin sekali haid, berarti dewasa. Jadi tuduhan itu hanyalah kebencian yang membabi buta.

Tuduhan-tuduhan lain yang mereka lontarkan terhadap Islam sifatnya sama; hanyalah kebencian dan kebohongan belaka. Orang-orang yang mau berpikir pasti paham bahwa tuduhan-tuduhan mereka itu menunjukkan betapa rendahnya moral mereka.

Tiga Serangkai Musuh Islam
Kristenisasi, Orientalisme dan Penjajahan menjadi tiga serangkai, yang tidak dapat dipisahkan. Masing-masing mempunyai tugas untuk menghancurkan umat Islam.
Kristenisasi bertugas untuk merusak aqidah; orientalisme memporak-porandakan pemikiran Islam; dan penjajahan melumpuhkan fisik.

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. (Q.S. At-Taubah 32)

Tujuan utama missionaris Zending adalah menyeret orang-orang Islam ke Kristen. Jika hal itu sulit dilakukan, maka akan ditempuh dengan upaya bagaimana cara mengaburkan pengertian Islam bagi kaum muslimin. Misionaris bertindak sebagai antek-antek dan mata-mata penjajah Barat demi merusak kesatuan Islam. Tujuan itu diperjelas oleh Pendeta Simon, bahwa misionaris adalah faktor penting sebagai penghancur kekuatan persatuan umat Islam.

Negara yang pertama kali mengembangkan kristenisasi adalah Belanda, yang pernah menjajah Indonesia dan memecah Jawa menjadi kawasan-kawasan yang dibangun untuk gereja dan sekolahan. Kemudian langkah tersebut diikuti oleh negara Eropa lainnya.

Memperkosa dan Memurtadkan
Kejahatan kristenisasi itu, kini dilengkapi dengan kenyataan kristenisasi yang sangat menghina umat Islam, yaitu memperkosa muslimah murid Madrasah Aliyah di Padang yang selanjutnya dimurtadkan. Khairiyah Enisnawati alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang Minang yang dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen, di rumah Salmon seorang Jemaat Gereja Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan, Padang tempat memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan masuk Kristen.

Gereja itu dipimpin Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga karyawan PDAM Padang. (lihat Dialog Jumat, 6 Agustus 1999). Dengan aneka kelicikan, kebrutalan dan bahkan pemerkosaan seperti tersebut di atas, jumlah orang Kristen di Indonesia makin menanjak secara drastic. Dari hanya 2,8% pada tahun 1931 menjadi 7,4% pada 1971 dan hampir 10% pada 1990. Kebrutalan dan kebiadaban mereka itu menimbulakan aneka konflik pula secara bertubi-tubi. Diantaranya kerusuhan antara Muslimin dan Nasrani di Dili Timor Timur (1994), Maumere NTT (1995), Surabaya dan Situbondo Jatim (1996), Tasikmalaya (1997), Ketapang dan Kupang, serta Ambon dan Sambas (1999). (Ibid. hal 4)

Pertemuan 300 pimpinan gereja dari 50 negara di Singapura, Januari 1989, kemudian pada 6 Januari 1991 dilancarkan apa yang disebut Dekade Evangelisasi, yakni "Manifestasi Kristus kepada gentiles (non Kristen)". Berdasarkan interpelasi angka Gereja dari 5.100.000.000 penduduk dunia dewasa ini, orang Kristen berjumlah 1.665.000.000. Berarti ada sekitar 3.435.000.000 penduduk dunia yang harus dikristenkan, menurut mereka. (Media Dakwah, Agustus 1999, hal. 16)

Dari memperkosa muslimah lalu memurtadkan, sampai mengamen di bus-bus kota dengan lagu Gerejani telah mereka gencarkan. Maka benar dan terbuktilah firman Allah swt: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka". (Q.S. Al-Baqarah 120).
Apa upaya kita dalam menghadapi kejahatan kristenisasi?

Jakarta, 10 Rabiuts Tsani 1420 H (23 Juli 1999 M)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGKAJIAN ISLAM (LPPI)
Masjid Al-Ihsan Lt. III Proyek Pasar Rumput Jakarta 12970
Telp./Fax. (021) 8281606

Rujukan:
1. Muallaf Meluruskan Pendeta, H. Insan L.s. Mokoginta, Yayasan Muhtadin, Jakarta, 1998
2. Muallaf Membimbing Pendeta ke Surga, H. Insan L.S. Mokoginta, Yayasan Muhtadin, Jakarta, 1998
3. Pendeta menghujat, Muallaf meralat, H. Insan L.s. Mokoginta, FAKTA, Jakarta, 1999
4. Islam dan Kristen di Indonesia, M. Natsir, Media Dakwah

Kewajiban Mengikuti Manhaj Salafush Shalih

0 komentar


Manhaj secara bahasa artinya jalan yang jelas (Qamus Al-Muhith). Istilah yang populer di kalangan ahlul ilmi ialah jalan yang akan mengantarkan kepada pengenalan hakekat ilmu melalui kaidah-kaidah umum yang dapat menjaga jalannya akal dan memberi batasan-batasan yang praktis, sehingga dengan itu akan sampai kepada hasil yang dapat diketahui dengan jelas (lihat Manhajul Istidlal, jilid I, halaman 20, oleh Utsman bin Ali Hasan). Dengan kata lain Manhaj adalah sistem pemahaman dan pengenalan ilmu. Yang dimaksud dengan Manhaj di sini ialah Manhaj sebagai Salafiyyin dalam memahami dan mengamalkan agama ini. Manhaj ini diambil dari para imam ahlul hadits dari kalangan Salafus Shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka. Hal ini perlu ditegaskan karena mengingat semakin gencarnya kelompok-kelompok/firqah-firqah sesat menggoncang umat sehingga banyak kalangan manusia tertipu bahkan karena tebalnya asap penyimpangan meliputi dirinya sehingga kebenaran dari Ulama/Imam Ahlul Haditspun tidak dipedulikannya dan menampakkan secara terang-terangan kesalahannya. Naudzubillah. Hanya kepada Allahlah kita mohon perlindungan. Dalam menelaah Manhaj ini ada beberapa poin yang harus dipahami dan direnungkan bagi para insan yang menginginkan Al Haq, yaitu sebagai berikut :

1. Jalan Kebenaran itu hanya ada satu.

Barangsiapa yang menyimpang dari jalan ini, berarti dia berada di atas kebatilan dan berjalan di atas kesesatan. Jalan tersebut adalah Al quran dan As Sunnah dengan pemahaman Salafus Shalih. ibnu masud radhiallahu anhu meriwayatkan :"Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. membuat satu garis kemudian beliau bersabda : Ini adalah Jalan Allah. ." Kemudian beliau menggaris beberapa garis ke kanan dan ke kiri kemudia bersabda " Ini adalah Subul (jalan-jalan) dan di atas setiap jalan-jalan itu ada setan yang menyeru kepadanya".Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya) :" Dan sesungguhnya ini adalah Jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan jangan kalian ikuti jalan-jalan lain, niscaya ia akan memisahkan kalian dari jalan Allah." (HR. Ahmad, An-Nasai, Ad-Darimi Al-Hakim dihasankan oleh Al-Arnauth di dalam Syarhus Sunnah Al-Baghawi 1/197).

Imam Al-Lalikai meriwayatkan dalam kitabnya Syarh Ushul Itiqad Ahlus Sunnah wal Jamaah, jilid 1 halaman 87 riwayat ke 108, pernyataanIbnu masud : " Wajib atas kalian untuk menuntut ilmu (ilmu Syariah) sebelum ilmu tersebut dicabut Dan ilmu itu dicabut dengan meninggalnya ahli ilmu (para ulama) atau beliau menyatakan : " Orang yang mempunyai ilmu". beliau berkata pula :" Wajib atas kalian untuk berilmu, karena setiap kalian tidak mengetahui kapan dia membutuhkan ilmu tersebut atau butuh kepada apa yang dikandung olehnya. sesungguhnya kalian akan menjumpai beberapa kaum yang mengaku mengajak kalian kepada kitab Allah padahal mereka betul-betul telah melemparkan kitab itu ke belakang punggung mereka. Maka wajib atas kalian untuk berilmu dan jauhilah oleh kalian perbuatan bidah, memberat-beratkan diri (dalam beragama ini, pent) dan jauhilah oleh kalian berdalam-dalam di dalam urusan agama serta wajib atas kalian berpegang dengan yang terdahulu (yaitu salafus shalih)." Penyimpangan dari pemahaman sahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam. terhadap Al Quran dan As-Sunnah berarti penyimpangan dari ash-shirath al-mustaqim.Semakin jauh penyimpangan itu semakin jauh pula pelakunya darinya. Orang yang menyimpang ini dinamakan Ahlul Ahwa (pengekor Hawa Nafsu) atau dengan istilah lain Ahlul Bidah.

2. Ilmu yang paling penting ialah ilmu-ilmu Al Quran dan Al Hadits dengan penafsiran para sahabat dan tabiin. Selain ilmu di atas hanyalah semata-mata pelengkap bagi keduanya dan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia bagi kemaslahatan kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : " Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, Allah akan menjadikan dia paham tantang ilmu Agama. Sesungguhnya aku hanyalah pembagi (zakat) sedangkan Allahlah yang memberinya (yakni pemberi rezeki). Senantiasa akan ada dari umat ini orang yang menunaikan perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka sampai datang keputusan Allah". (HR. Bukhari dalam Fathul bary, no.71 dari muawiyah bin Abi Sufyan).

Ibnu Hajar Al-Asqalani menyatakan : " Di dalam hadits ini ada keterangan yang tegas tentang keutamaan ulama di atas segenap manusia dan keutamaan belajar agama ini atas ilmu lain". (lihat fathul bari oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani, jilid 1, halaman 165). Memahami Agama pengertiannya tidak lain adalah memahami Al quran dan Al hadits, karena agama seluruhnya hanya diambil dari keduanya. Imam Syafii tnU tpoA menerangkan : " Semua ilmu selain Al Quran adalah melalaikan (menyibukkan) kecuali ilmu hadits dan ilmu fiqih dalam agama ini Yang dinamakan ilmu adalah apa-apa yang ada padanya pernyataan : " Telah menceritakan kepada kami (yaitu dengan sanad). Sedangkan selain itu hanyalah semata-mata bisikan syaitan". (lihat Syarh Aqidah Thahawiyah oleh Ibnu Abil Izzi, halaman 75).

3. Berpegang dengan As Sunnah An Nabawiyah dan mencintai serta mengamalkannya dalam segala segi kehidupan adalah jaminan keselamatan dunia dan akhirat. Orang yang demikian dinamakan Ahlus Sunnah. Mencintai As- Sunnah berarti harus pula mencintai Ahlus Sunnah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : " Barangsiapa diantara kalian menginginkan bagian tengah surga, maka hendaklah ia tetap berpegang dengan Al-Jamaah, karena syaitan itu bersama orang yang bersendiri dan dia (setan) lebih jauh dari orang yang berdua. (Berkata Syaikh Ali hasan Abdul Hamid : Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad I/26; Sanadnya Shahih, lihat Al-Muntaqa An-Nafis Min Talbisil Iblis hal. 31).

Ubay bin Kaab menyatakan : " Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan jalan dan Sunnah ini, karena orang yang berada di jalan dan Sunnah ini, yang mengingat Ar Rahman (Allah) lalu berlinang air matanya karena takut kepada Allah, tidak akan di sentuh api neraka. Sesungguhnya bersederhana dalam menempuh jalan dan sunnah ini lebih baik dari pada bersemangat dalam penyimpangan dari Sunnah". (Berkata Syaikh Ali Hasan Abdul hamid (Muridnya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani) Atsar ini dikeluarkan oleh Ahmad dalam Az-Zuhd, hal. 196, secara panjang lebar dengan sanad hasan).

Imam Al-Lalikai meriwayatkan perkataan Sufyan Atsauri : " Apabila sampai berita kepadamu tentang seorang Ahlus Sunnah di Timur dan lainnya di barat, maka kirimkanlah salam kepada keduanya dan doakanlah kebaikan bagi mereka. Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah Wal jamaah. (Lihat Syarh Ushul Itiqad Ahlis Sunnah wal Jamaah oleh Al Lalikai, jilid I halaman 64, riwayat ke 50). Al Jamaah yang dimaksud da dalam hadits di atas adalah para Khulafaur Rasyidin yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali Radhiallahu anhum. Berpegang dengan pemahaman sahabat yang dipimpin oleh beliau berempat ini berarti berpegang dengan Al Jamaah.

4. Menjauhkan diri dari bidah, membencinya, dan membersihkan ilmu dan amal dari kotoran bidah serta juga membenci ahlul bidah adalah pagar yang akan melindungi sunnah dan pengamalannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya : "Aku berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada pemerintahan Islam) walaupun yang memimpin kalian adalah seorang hamba sahaya dari negeri Habasyah. Sesungguhnya barangsiapa hidup sesudahku niscaya dia akan melihat banyak perselisihan, maka wajib atas kalian berpegang dengan sunnhku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku. Berpeganglah kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu serta jauhilah oleh kalian perkara agama yang diada-adakan karena semua yang baru dalam agama adalah bidah dan semua bidah adalah sesat. (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Dzahabi dan Hakim, disahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al jami no. 2549).

Sufyan Ats-Tsauri menyatakan : " Bidah itu lebih disukai oleh ilblis daripada maksiat, karena maksiat itu adalah perkara yang pelakunya masih dapat diharapkan bertaubat darinya, sedangkan bidah tidak dapat diharapkan pelakunya bertaubat darinya. Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid dalam Al-Muntaqa An-Nafis, halaman 36 : " atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jad dalam musnadnya riwayat 1885." Al- Fudlail bin Iyadl menyatakan : "Apabila engkau melihat seorang ahlul bidah berjalan di suatu jalan , maka ambilah jalan lain. Dan tidak akan diangkat amalan ahlul bidah ke hadapan Allah Yang Maha Mulia. Barangsiapa membantu ahlul bidah (pada amalan bidah, pent.), maka sungguh dia telah membantu kehancuran Islam." Diriwayatkan oleh Abu Nuaim 8/102-104 dari Al-Muntaqa An-Nafis hal 26-27.

Selanjutnya beliau mengatakan pula : "Barangsiapa menikahkan saudara perempuannya dengan ahlul bidah, maka berarti dia telah memutuskan silaturahim dengannya dan barangsiapa duduk bersama ahlul bidah, maka ia tidak diberi hikmah. Dan apabila Allah Yang Maha Mulia mengetahui dari seorang lelaki bahwa dia membenci ahlul bidah maka aku berharap Allah akan mengampuni dosanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya : "Seseorang itu di atas agama orang yang dicintainya, maka hendaklah setiap orang dari kalian melihat siapa yang menjadi kekasihnya." 5. Pengertian tentang siapa Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan siapa pula Ahlul Bidah wal Firqah sebagaimana diterangkan oleh para ulama adalah sebagai berikut: Berkata Abul Faraj Ibnu Jauzi Al Baghdadi dalam Talbis Iblis, halaman 17-18 (cet. th. 1928) : "Maka sungguh telah jelas keterangan kami di atas bahwa Ahlus Sunnah itu adalah orang yang mengikuti sunnah (sunnah Nabi-Nya, pent.), sedangkan Ahlul Bidah adalah orang-orang yang menampakkan sesuatu dalam agama yang tidak ada contoh dari orang sebelumnya melakukan hal itu dan tidak ada sandaran (dalil)nya, oleh karena itu mereka menyembunyikan bidah mereka (tidak menampakkannya kepada sembarang orang, pent.), sedangkan Ahlul Sunnah tidak menutup-nutupi madzhab mereka, sehingga pendapat mereka jelas dan madzhab mereka dikenal dan kemenangan itu bagi mereka."

6. Mengkritik, menyalahkan dan membicarakan penyimpangan ulama ahlus sunnah harus dengan bimbingan ulama pula. Bila ada ulama yang memuji ulama yang mempunyai penyimpangan tersebut, tidak berarti ulama yang memuji itu menyetujui penyimpangan tersebut. Karena itu kritikan ulama terhadap alim (ulama) dengan rinci, lengkap dengan bukti dan hujah-hujahnya, lebih diperhatikan daripada yang memujinya. Sebab yang memujinya mungkin belum mengetahui penyimpangan orang yang dipujinya sedangkan pihak pengkritik lebih mengetahui hal penyimpangan tersebut. Hsl ini merupakan kaedah ilmu hadits yang juga diterapkan dalam penilaian terhadap ulama.

Imam al Hafidh Khatib al Baghdadi dalam kitab beliau berjudul al-Kifayah Ilmi Ar Riwayah, hal.105, bab Al-Qaul Fil Jarh Wat Tadil Idzajtamaa Ayyuhuma Aula menjelaskan: " Telah sepakat ahlul ilmi (yani ulama) bahwa siapa saja yang dicela oleh seorang atau dua orang dan dipuji oleh orang sebanyak itu, maka celaan itu leih utama (untuk diperhatikan). Sebabnya ialah bahwa pencela itu memberikan perkara yang tersembunyi yang diketahuinya dan pada saat yang bersamaan benar pula ucapan pihak yang memujinya, dan pencela menyatakan kepada yang memujinya: Sungguh engkau (pemujinya) telah mengetahui keadaan pihak yang engkau puji itu secara dhahir-nya, dan engkau kosong dari pengetahuan yang tidak engkau ketahui tentang pengujian semestinya terhadap agamanya". Pemberitahuan orang yang memujinya tentang terpujinya orang tersebut tidak pula me-nafi-kan kejujuran pihak pencela dalam apa yang ia beritakan. Oleh karena itu celaan terhadap seseorang itu lebih diutamakam dari pujian terhadapnya".

7. Mengambil ilmu dan riwayat dari ahlul bidah adalah tugas para ulama dan bukan tugas orang awam atau orang yang baru belajar agama. Imam Al-khatib al-Baghdadi meriwayatkan bahwa Imam Malik bin Anas trI tnUaEA menyatakan: "Sesungguhnya ilmi ini (As-Sunnah) adalah agama, maka telitilah dari siapa kamu mengambil agamamu." Imam al-Barbahari meriwayatkan ucapan Sufyan Ats-Tsauri : "Barang siapa yang cenderung mendengar dengan telinganya kepada ahli bidah, berarti dia keluar dari jaminan perlindungan Allah. Dan Allah serahkan dia kepadanya (bidah).(Syarh Sunnah Al-Barbahari, hal. 137 dengan tahqiq Abu Yasir Khalid bin qosim Ar Radadi). Imam Ibnu Baththah dalam Al-Ibanah, jilid I, halaman 205-206, riwayat ke 44 membawakan perkataan Amr bin Qois Al-Malai: Apabila engkau melihat seorang anak muda di awal pertumbuhannya bersama Ahlus Sunnah maka kuatkanlah bagi masa depannya yang baik dan apabila engkau melhat ia bersama ahli bidah, maka putus asalah darinya (putus asa mengharapkan kebaikannya), karena anak muda itu keadaannya berdasarkan awal pertumbuhannya.

8. Mencintai atau membela dan memuliakan ahlul bidah adalah suatu penyimpangan manhaj yang sangat berbahaya dan merupakan dosa yang besar dan keji. Imam Ibnul Jauzi Abul Faraj Al-Baghdadi meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam dari Aisyah Radhiallahu Anha, yang artinya : "Barangsiapa menghormati ahlul bidah maka sungguh ia telah membantu untuk meruntuhkan Islam."(Talbis Iblis, hal. 14). Berkata Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid dalam Al-Muntaqa An-Nafis, hal. 37 "Hadits ini hasan In sya Allah." Berkata Syaikhul Islam ketika membantah Al-Ittihadiyah (wihdatul wujud): "Wajib menghukum setiap orang yang menisbahkan diri kepada mereka, membela serta memuji mereka, mengagungkan buku-buku mereka atau diketahui membantu dan menolong mereka, tidak suka berbicara tentang (kejelekan) mereka atau mencari alasan bagi keringanan perbuatan mereka dengan dalih bahwa ucapan mereka tidak dapat dipahami atau berkata dengan meragukan pengarang yang namanya tercantum dalam kitab mereka yang sesat itu. Alasan-alasan seperti ini tidak akan diucapkan, kecuali oleh orang yamg bodoh atau munafik. Bahkan wajib menghukum setiap orang yang mengetahui keadaan mereka tetapi tidak membantu menegakkan hujah untuk membantah mereka karena membantah mereka adalah kewajiban terbesar disebabkan mereka telah merusak akal dan agama orang banyak, para Syaikh dan ulama serta para raja dan penguasa. Mereka telah membuat kerusakkan di muka bumi dan menghalangi orang dari jalan Allah."(Fatawa, juz II/132). Penutup Demikianlah manhaj salaf yang kami saripatikan dari keterangan para ulama salafus shalih. Dengan dasar manhaj ini kami berupaya menggalang persatuan dan menegakkan al-wala wal bara. Adapun dengan manhaj ini kami dianggap bodoh, suka mencap orang dengan tuduhan bidah dan sesat, suka membuat perpecahan, anti persatuan dan ukhuwah Islamiyah, kami serahkan semua tuduhan itu kepada Allah Subhanahu Wa Taala.

Kami tetap berdoa kepada Allah, semoga kami mendapat petunjuk dari Allah dan istiqomah di atas jalan-Nya dengan menggali ilmu salafus shalih, mengamalkan dan mengajarkannya kepada segenap kaum muslimin dan bahkan segenap umat manusia. Kami juga memohon kepada Allah Subhanahu Wa Taala. agar orang-orang yang berada dalam penyimpangan mendapat petunjuk dan ampunan Allah, sehingga kita semua dipersatukan oleh Allah Subhanahu Wa Taala. di jalan-Nya dan kemudian dibangkitkan di hari kiamat bersama para shahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, tabiin dan tabiut tabiin

Amin.

Sabtu, 24 April 2010

Kemungkaran-kemungkaran di hari Lebaran

0 komentar
Oleh : Syaikh Ali Abdul Hamid

Ketahuilah wahai saudaraku muslim -semoga Allah menganugerahkan ilmu kepadaku dan kepadamu- sesungguhnya kebahagiaan yang ada pada hari-hari lebaran kadang-kadang membuat manusia lupa atau sengaja melupakan perkara-perkara Dien mereka dan hukum-hukum yang ada di dalam Islam. Sehingga engkau melihat mereka mengerjakan kemaksiatan-kemaksiatan dan melakukan kemungkaran-kemungkaran dengan prasangka bahwa mereka telah berbuat hal yang baik. Dengan alasan itu semua, saya terdorong untuk menambahkan pembahasan yang berfaedah ini dalam tulisan saya (dalam AhkamulIedain fis Sunnatil muthahharah, pent.) agar menjadi peringatanbagi kaum muslimin pada perkara-perkara yang mereka lupakan. Di antara kemungkaran- kemungkaran itu sebagai berikut:

1. Berhias dengan mencukur jenggot. Perkara ini banyak dilakukanoleh manusia. Padahal mencukur jenggot termasuk perkara yangdiharamkan di dalam agama Allah Subhanahu wa Ta`ala berdasarkan hadits-hadits shahih, yang berisi perintah untuk memanjangkan jenggot agar tidak tasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir, yang kita diperintahkan untuk menyelisihi mereka. Memanjangkan jenggot juga termasuk fitrah (bagi laki-laki) yang tidak boleh kita rubah. Dalil-dalil tentang keharaman mencukur jenggot dapat dijumpai di dalam kitab-kitab Imam Madzhab yang empat yang telah dikenal (Lihat majalah Salafy edisi 7/Shafar Th. 1 tentang hukum jenggot, pent)

2. Berjabat tangan dengan laki-laki atau wanita yang bukan mahram. Bencana ini banyak enimpa kaum muslimin kecuali orang yang dirahmati Allah. Hal ini jelas keharamannya dengan dalil sabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam: Seorang ditusukkan jarum besi pada kepalanya adalah lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya (HR. Ar-Ruyani dalam musnadnya 2/227 dari Maqal bin Yasar dan sanadnya Jayyid (bagus), lihat Silsilah Al-Hadits As-Shahihah no. 226)
Keharaman ini diterangkan juga dalam kitab-kitab empat Imam mazhab yang terkenal (lihat Majalah Salafy edisi 4/Dzulqada, Th. 1 tentang hukum berjabat tangan dengan bukan mahram, pent.)

Tasyabbuh dengan orang-orang kafir dan orang-orang barat dalam berpakaian dan juga mendengarkan musik serta kemungkaran-kemungkaran lainnya. Rasulullah _shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:"Siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka (HR. Ahmad 2/50 dan 92 dari Ibnu Umar radliallahu `anhumadan sanadnya HASAN, juga diriwayatkan oleh At-Thahawi dalamMusykilul Atsar 1/88 dari Hassan bin Athiyyah radliyallahu anhudan Abu Nuaim dalam Akhbar Asbahan 1/129 dari Anas bin Malikradliallahu `anhu, meskipun ada pembicaraan padanya, tetapi dengan jalan-jalan tadi, hadits ini derajatnya SHAHIH, insya Allah)

Juga sabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam tentang keharaman musik:
Benar-benar akan ada pada umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina, sutra (bagi laki-laki), khamr dan alat-alat musik. Dan benar-benar akan turun beberapa kaum menuju kaki gunung untuk melepaskan gembalaan mereka sambil beristirahat, kemudian mereka didatangi seorang fakir untuk suatu hajat. Kemudian mereka berkata: "Kembalilah kepada kami besok!" Lalu Allah membinasakan dan menimpakan gunung itu pada mereka dan sebagian mereka dirubah oleh Allah menjadi kera-kera dan monyet hingga hari kiamat. (HR.Bukhari 5590 secara muallaq dan bersambung menurut Abu Dawud 4039 dan Al-Baihaqi 10/221 dan lain-lain)

4. Masuk dan bercengkrama dengan wanita-wanita yang bukam mahram. Hal ini dilarang oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallamdengan sabda beliau:

"Hati-hatilah kalian masuk untuk menemui wanita-wanita." Maka berkata salah seorang laki-laki Anshar: "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang al-hamwu (ipar)." Beliau berkata: "Al-hamwu adalah maut (HR. Bukahari 5232 dan muslim 2172 dari Uqbah bin Amir radliallahu `anhu)

Al-Alamah Az-Zamakhsyari Al-Mutazili berkata dalam menerangkan makna al-hamwu: "Al-hamwu bentuk ketiganya adalah ahmaayang artinya kerabat dekat suami seperti saudara laki-laki,pamannya dan selain mereka." Kemudian makna hadits tersebut: bahwasanya dia dikelilingi oleh kejelekan dan kerusakan yang telah mencapai puncaknya sehingga Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menyerupakannya dengan maut, karena hal itu merupakan sumber bencana dan kebinasaan. Yang demikian karena al-hamwu lebih berbahaya daripada orang lainyang tidak dikenal. Sebab kerabat dekat yang bukan mahram terkadang tidak ada kekhawatiran atasnya atau merasa aman terhadap mereka. Lain halnya dengan orang yang bukan kerabat.

5. Wanita-wanita bertabarruj (berdandan) kemudian keluar ke pasar-pasar atau tempat-tempat lainnya. Perbuatan ini adalah haram. Allah Taala berfirman:

"Hendaklah mereka (wanita-wanita) tinggal di rumah-rumah mereka dan jangan bertabarruj ala jahiliyyah dulu dan hendaklah mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat." (Al-Ahzab: 33)

Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
"Dua golongan manusia termasuk penduduk neraka yang belum pernah aku melihatnya: ".... dan wanita-wanita berpakaian tetapi telanjang, berlenggok-lenggok, kepala-kepala mereka bagaikan punuk-punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapatkan bau surga. Padahal bau surga dapat dirasakan dari perjalanan sekian dan sekian. (HR. Muslim 2128, 2856, 52 dan Ahmad 2/223 dan 356 dari Abu Hurairah radliallahu `anhu)

6. Mengkhususkan ziarah kubur pada hari Ied, membagi-bagikan makanan di pekuburan, duduk di atas kuburan bercampur antara laki-laki dan perempuan, dan bergurau dipekuburan, meratapi orang-orang yang telah meninggal serta kemungkaran-kemungkaran lainnya (karena termasuk kebidahan, red).

7. Boros dalam membelanjakan harta yang tidak ada manfaat dan kebaikan padanya. Allah berfirman:

"Janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Al-Anam: 141)

".... dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan." (Al-Isra: 26,27)

Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersbda:
"Tidak akan berpindah kedua kaki anak Adam pada hari kiamat dari sisi Rabb-nya hingga ditanya tentang ... dan hartanya dari mana dia perolah dan ke mana dia infakkan (HR. Tirmidzi 2416 dan Al-Khatib dalam Tarikhnya 12/440 dari Ibnu Masud radliallahu `anhu. Hadits ini HASAN)

8. Kebanyakan manusia ( laki-laki )meninggalkan shalat berjamaah di masjid tanpa alasan syari atau sebagian mereka mengerjakan shalat Ied tetapi tidak shalat lima waktu. esungguhnya ini adalah kemungkaran yang paling besar.

9.Tidak adanya kasih sayang terhadap fakir miskin sehingga anak-anak orang kaya memperlihatkan kebahagian dan kegembiraan dengan berbagai jenis makanan dengan lahapnya. Hal itu dilakukan di hadapan orang-orang fakir dan anak-anak mereka tanpa perasaan kasihan atau keinginan membantu dan merasa bertanggung jawab. Padahal Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak beriman salah seorang diantara kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya." (HR. Bukhari 13 dan Muslim 45)

10. Bidah-bidah yang dilakukan oleh kebanyakan orang-orang yang dianggap syaikh (kiai) dengan pengakuan bertaqarrub kepada Allah Taala. Bidah itu banyak sekali, tetapi yang aku sebutkan di sini hanya satu yaitu: Kebanyakan khatib-khatib dan pemberi peringatan menyerukan untuk menghidupkan malam hari lebaran (dengan ibadah semalam suntuk, pent) dalam rangka taqarrub kepada Allah. Tidak hanya sebatas itu yang mereka perbuat, bahkan mereka menyandarkannya kepada Rasulullah _shallallahu `alaihi wa sallam hadits palsu yang seharusnya tidak boleh disandarkan kepada beliau. Padahal sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam. Hadits tersebut:

"Barangsiapa menghidupkan malam Iedul Fitri dan Iedul Adha maka hatinya tidak akan mati pada hari yang semua hati akan mati ." (Hadits maudlu, (palsu), diterangkan oleh Ustadz kami Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ad-Dlaifah no. 520, 521)

Disadur dan diterjemahkan dari kitab Ahkamul Iedain fis Sunnatil Muthahharah hal. 33 - 38 oleh Azhari Asri.

Kedudukan Akal Didalam Islam

0 komentar


A. Beberapa atsar para Shahabat r.a. tentang pengutamaan nash (dalil) diatas rasio.

1. Dari Ali bin Abi Thalib r.a., dia berkata :

Andaikata agama itu cukup dengan rayu (akal), maka bagian bawah khuf (alas kaki) lebih utama untuk diusap daripada bagian atasnya. Aku benar-benar melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengusap bagian atas khuf-nya.

(HR. Abu Daud dengan sanad yang baik. Dalam Al-Talkhishul Habir, 1/160 Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Atsqalani berkata hadits ini shahih, dan juga telah disepakati Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani di dalam Shahihul Abu Daud, 1/33)

2. Dari Umar bi Al-Khaththab r.a., dia berkata tatkala mencium Hajar Aswad:

Sesungguhnya aku tahu engkau hanya sekedar batu yang tidak bisa memberi madharat dan manfaat. Kalau tidak karena kulihat Rasulullah menciummu, tentu aku tidak akan menciummu.(HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata :

Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Janganlah kalian mencegah istri-istrimu (untuk mendatangi) masjid-masjid jika mereka meminta izin kepada kalian.

Salim bin Abdullah berkata, Lalu Bilal bin Abdullah berkata, Demi Allah, kami akan mencegah mereka.

Salim berkata, Lalu Ibnu Umar menghampiri Abdullah dan mengolok-oloknya dengan olok-olokan yang amat buruk, yang tidak pernah kudengar sebelumnya seperti itu. Dia berkata, Aku mengabarkan kepadamu dari Rasulullah, lalu engkau berkata,Demi Allah, aku benar-benar akan mencegahnya ?.(HR. Muslim)

4. Dari Imran bin Hushain r.a., dia berkata :

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Malu itu adalah kebaikan seluruhnya.

Lalu Busyair bin Kaab berkata, Sesungguhnya di dalam sabda beliau ini terdapat kelemahan.

Lalu Imran berkata, Aku memberitahukan dari Rasulullah, lalu engkau datang untuk menentang ? Aku tidak akan memberitahukan satu hadits pun yang kuketahui.(HR. Bukhari dan Muslim)

5. Dari Urwah bin Az-Zubair, bahwa dia berkata kepada Ibnu Abbas r.a.:

Engkau telah menyesatkan manusia.”“Apa itu wahai Urayyah ?, tanya Ibnu Abbas.Urwah menjawab, Engkau memerintahkan umrah pada sepuluh hari itu, padahal hari-hari itu tidak ada umrah.Ibnu Abbas bertanya, Apakah engkau tidak bertanya mengenai masalah ini kepada ibumu ?Urwah menjawab, Sesungguhnya Abu Bakar dan Umar tidak pernah melakukan hal itu.Ibnu Abbas berkata, Inilah yang membuat kalian rusak. Demi Allah, aku tidak melihat melainkan hal ini akan membuat kalian tersiksa. Sesungguhnya aku beritahukan kepada kalian dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun kalian menjawab dengan diri Abu Bakar dan Umar.(HR Imam Ahmad dan Al-Khathib serta lainnya dengan sanad yang shahih)

Ibnul Qayyim berkata, Semoga Allah merahmati Ibnu Abbas. Bagaimana andaikata dia tahu sekian banyak orang yang menentang firman Allah dan sabda Rasul-Nya dengan menggunakan perkataan Aristoteles, Plato, Ibnu Sina, Al-Faraby, Jahm bin Shafwan, Bisyr Al-Maraisy, Abul Huzail Al-Allaf, dan orang-orang yang sealiran dengan mereka ?

Dapat kami katakan (Syaikh Ali Hasan), Semoga Allah merahmati Ibnul Qayyim. Bagaimana jika dia tahu ada orang-orang rasionalis abad ke dua puluh, yang menentang Sunnah hanya dengan menggunakan rasionya yang serba terbatas, dengan gambaran-gambaran yang rusak dan dengan pendapat yang hina ?

B. Golongan Rasionalis Masa Kini

1. Salah seorang diantara mereka berkata, Para pemeluk Islam telah sepakat --kecuali sebagian kecil di antara mereka yang tidak perlu digubrisbahwa jika aqly dan naqly saling bertentangan, maka apa yang ditunjukkan oleh aqly harus diambil.

(Yang dimaksudkan adalah Muhammad Abduh dalam tulisannya, Al-Islam Wan-Nashraniyyah, hal. 59. Padahal dalam buku Risalatut-Tauhid dia berkata bahwa rasio saja tidak bisa sampai kepada kebahagiaan ummat, jika tidak disertai petunjuk ilahi)

2. Seorang jurnalis yang juga menganggap dirinya sebagai pemikir ulung yang bernama Fahmy Huwaidy berkata di dalam sebuah artikelnya yang berjudul Watsaniyyun Hum Abadatun-Nushush, Orang-orang paganis adalah para penyembah nash, menguraikan upaya peniadaan rasio di hadapan nash, bahwa hal ini merupakan gambaran paganisme modern. Sebab yang disebut paganis itu tidak hanya orang-orang yang menyembah berhala. Tetapi paganisme pada zaman sekarang berubah menjadi penyembah terhadap simbol-simbol yang tertuang dalam tulisan dan upacara keagamaan.

3. Seorang tokoh sekolah Al-Azhar Mesir, Muhammad Al-Ghazaly berkata di dalam bukunya yang sangat zhalim terhadap ilmu dan ilmuwan, As-Sunnah baina Fiqhi wa Ahlil-Hadits, Kita harus tahu bahwa kebatilan yang ditetapkan rasio mustahil merupakan agama. Agama yang benar adalah yang berunsur kemanusiaan yang benar. Unsur kemanusiaan yang benar adalah rasio yang bisa menetapkan hakikat, yang bisa jelas karena ilmu, yang memburukkan khurafat dan yang dijauhkan dari dugaan. Kami senantiasa menegaskan bahwa setiap hukum yang ditentang rasio, setiap jalan yang tidak dikehendaki kemanusiaan yang benar dan sejalan dengan fitrah yang lurus, mustahil merupakan agama.

Maka dari itu kita melihat Muhammad Al-Ghazali secara berani menolak sekian banyak hadits Nabawi yang shahih dan kuat, hanya karena hadits-hadits tersebut dianggap menunggangi rasionya.

(Silahkan baca kitab Kasyfu Mauqifi Al-Ghazaly Minas-Sunnah wa Ahliha wa naqdu Badhi Araihi, karya DR. Rabi bin Hadi Al-Madkhaly yang sudah diterjemahkan dengan judul Membela Sunnah Nabawy, jawaban terhadap buku Studi Kritis atas Hadits Nabi, karya Muhammad Al-Ghazaly, anda akan mendapatkan di dalamnya bagaimana ia menolak hadits-hadits shahih yang tidak dapat diterima oleh akalnya walau tercantum dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Serta setiap syubuhat yang dilontarkannya di jawab secara ilmiyah oleh Syaikh DR. Rabi bin Hadi Al-Madkhaly hafidhahullah)

4. Muhammad Ahmad Khalafullah berkata di dalam bukunya, Ghazwun Minad-Dakhil, hal. 51, Islam telah membebaskan rasio manusia untuk menguasai nubuwah, dengan mengumumkan penghabisan masa nubuwah secara total dan sekaligus kebebasan manusia dari nubuwah."

5. Husain Ahmad Amin yang merupakan penerus langkah bapaknya, berkata, Menyerap ruh Islam, dan bukan komitmen terhadap hukum-hukum tertentu, cukup dijadikan tameng yang bisa membawa kita ke jalan yang lurus. Masyarakat yang ada sekarang mendapatkan hukuman pidana pencurian tidak seperti hukuman di masyarakat badui. Begitu pula masalah hijab yang pernah di wajibkan di Madinah. Hukuman potong tangan yang ditetapkan Al-Quran sebagai hukuman bagi pencuri adalah syariat masyarakat badui. Hijab lebih tepat untuk masyarakat Madinah Al-Munawwarah, dan tidak tepat untuk masyarakat Cairo pada abad ke dua puluh.

6. Diantara pendukung paham rasionalis ini adalah seorang Doktor dalam bidang Hukum, Hasan At-Turaby, yang saat ini namanya cukup berkibar karena hubungan dekatnya dengan pemerintah Sudan. Dia berkata dalam bukunya Tajdidul-Fikri-Islamy, hal. 26, Sumber yang perlu kami tegaskan sekali lagi sebagai dasar adalah rasio.

Perhatikan pula masalah besar yang dimuntahkan At-Turaby, dalam suatu ceramah yang disampaikannya dengan judul Tahkimusy-Syariah, yang secara lancang dia membolehkan kemurtadan dari Islam, Saya ingin mengatakan, bahwa dalam suatu pemerintahan dan pada satu zaman, orang Muslim boleh mengganti agamanya, sebagaimana yang dilakukan orang Nashrani.

Yang menguatkan kedok dirinya dan menambah kejelasan jati dirinya ini adalah penjelasan Muhammad Surur Zainul Arifin, dalam bukunya, Dirasat Fis-Sirah An-Nabawiyah, hal. 308, mengisahkan pengalaman pribadi yang dialaminya bersama At-Turaby. Dia berkata, Dosen dalam bidang hukum di Universitas Sudan, DR. Hasan Abdullah At-Turaby ini mengingkari turunnya Isa Al-Masih pada akhir zaman. Dalam suatu pertemuan pada sebelas tahun yang lalu, saya bertanya kepadanya, Mengapa engkau mengingkari hadits yang mutawatir ?

Dia menjawab, Saya tidak mengingkari hadits dari segi sanadnya. Tetapi saya melihat hadits tersebut bertentangan dengan rasio. Padahal rasio harus didahulukan daripada nash jika terjadi pertentangan.

7. Yusuf Al-Qardhawi

Beliau berbeda dengan Muhammad Al-Ghazaly yang frontal (beliau menolak hadits dengan susunan bahasa yang lebih halus dan tidak keras), sekalipun hadits-hadits yang dibicarakan Al-Qardhawy adalah hadits yang sama dengan yang ditolak Muhammad Al-Ghazaly berdasarkan rasionya yang sempit. Hadits yang secara terang-terangan ditolak Muhammad Al-Ghazaly, biasanya Al-Qardhawy cukup berkata, Saya masih bimbang tentang hadits yang dimaksud. Baru kemudian ia menyebutkannya.

Paham rasionalisme ini tampak dalam buku karangannya yang terakhir, Kaifa Nataamalu Maas Sunnah An-Nabawiyyah.

Diantaranya adalah kebimbangannya tentang keabsahan hadits yang diriwayatkan di dalam shahih Muslim, dari Anas, sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada seorang laki-laki, Sesungguhnya bapakku dan bapakmu berada di dalam neraka.

Kadang-kadang Al-Qardhawy beralih kepada takwil yang bertentangan dengan zahir nash, seperti sikapnya dalam menghadapi hadits, Kematian di datangkan dalam bentuk domba berwarna hitam bercampur putih.(Muttafaq Alaihi)

Maka tidak heran jika engkau melihat kebebasan pemikiran mereka, yang menganggap Islam itu bukan satu-satunya agama Allah. Berarti mencari agama selain Islam bukan merupakan kesesatan dan kekufuran. Bahkan mencari agama Nashrani dan Yahudi bisa membawa pelakunya ke surga dan bahkan bisa ke Firdaus, surga yang paling tinggi, seperti pendapat Muhammad Ammarah, Fahmy Huwaidy, Abdul Aziz Kamil, Said Al-Asymawy, Mahmud Abu Rayyah dan lain-lainnya. ( Al-Aqlaniyyah, Hidayah Am Ghiwayah, hal. 46)

Wallaahu alam bishshawab.

(Diringkas dari kitab Muslim Rasionalis (Aqlaniyyun), karya Syaikh Ali Hasan bin Ali Abdul Hamid Al-Atsary hafidhahullah)

Jumat, 23 April 2010

Ini Aqidah Kita dan Dakwah Kita

0 komentar
Oleh: Syaikh Muqbil bin Hadi

1. Kita beriman kepada Allah, nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, menurut apa yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, tanpa tahrif(menyimpangkan maknanya), mentamtsil (memisalkan dengan makhluk), mentasybih(menyerupakan dengan makhluk) dan tanpa menta’thil (meniadakan atau menghapus sifat itu dari Allah)

2. Kita berkeyakinan bahwa berdo’a kepada orang mati, meminta tolong kepada mereka dan begitu juga terhadap orang yang masih hidup pada masalah yang tidak disanggupi kecuali oleh Allah adalah syirik. Begitu juga keyakinan terhadap jimat-jimat, bahwa dia bisa memberikan manfaat bersama Allah atau tanpa Allah adalah syirik. Dan membawanya tanpa keyakinan adalah khurofat

3. Kita berpegang dengan dhazir ayat dan Sunnah. Kita tidak menta’wilkannya kecuali ada dalil yang membolehkan untuk melakukan itu dari Al-Qur’an dan Sunnah

4. Kita beriman behwa kaum mukminin akan melihat Rabb mereka pada Hari Akhir tanpa mentakyif (menanyakan bagaimana). Dan kita beriman dengan syafa’at dan akan dikeluarkannya orang-orang yang bertauhid dari neraka

5. Kita mencintai para Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan membenci orang-orang yang mencela mereka. Kita meyakini bahwa menghina mereka berarti menghina agama ini. Karena merekalah yang membawanya kepada kita. Kita mencintai Ahlul Bait Nabi dengan kecintaan yang berdasar syariat

6. Kita mencintai Ahlul Hadits dan seluruh para salaf (pendahulu) ummat ini dari kalangan Ahlus Sunnah

7. Kita membenci Ilmu Kalam. Dan kita berkeyakinan bahwa dialah penyebab terbesar perpecahan ummat ini.

8. Kita tidak menerima keterangan dari kitab-kitab fiqih, tafsir, cerita-cerita lampau dari sejarah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kecuali yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Bukan berarti kita membuangnya dan tidak butuh kepadanya, tetapi kita mengambilnya dari kesimpulan para ulama kita yang faham dan yang selain mereka. Dan kita tidak menerima hukum kecuali yang berdasarkan argumen yang shahih

9. Kita tidak menulis dalam kitab-kitab dan pelajaran-pelajaran kita serta kita tidak berkhutbah kecuali dengan Al-Qur’an atau Hadits yang shahih untuk berhujjah. Kita membenci apa yang terdapat dalam kebanyakan kitab-kitab para pemberi nasehat, yaitu cerita-cerita bohong dan hadits-hadits lemah, bahkan palsu.

10. Kita tidak mengkafirkan seorang muslim kecuali karena kesyirikan atau karena meninggalkan shalat atau murtad. Semoga Allah melindungi kita dari hal-hal itu

11. Kita beriman bahwa Al-Qur’an adalah Kalamullah (ucapan Allah), bukan makhluk

12. Kita berpendapat wajib saling tolong-menolong sesama muslim mana saja dalam kebenaran. Dan kita berlepas diri dari dakwah-dakwah jahiliyah

13. Kita berpendapat tidak boleh memberontak terhadap pemerintah kaum muslimin selama mereka masih muslim. Kita tidak berpendapat bahwa revolusi adalah cara yang membawa kebaikan, bahkan itu adalah cara yang merusak masyarakat. Adapun sikap kita terhadap penguasa ‘Aden (Penguasa yg berhaluan komunis/sosialis), maka kita berpendapat bahwa memerangi mereka adalah adalah wajib hingga mereka mau bertaubat dari penyelewengannya, yaitu sosialisme dan mengajak manusia untuk beribadah kepada Lenin, Karl Mark dan tokoh-tokoh kafir lainnya

14. Kita berpendapat bahwa jama’ah-jama’ah yang baru dan banyak sekarang ini adalah penyebab perpecahan kaum muslimin dan yang melemahkan mereka

15. Kita berpendapat bahwa dakwah Ikhwanul Muslimin tidak cocok dan tidak baik untuk perbaikan masyarakat, karena mereka adalah dakwah politik, bukan dakwah yang bertujuan untuk memperbaiki jiwa. Dan dia juga dakwah bid’ah, karena dia adalah dakwah untuk membai’at orang-orang bodoh. Dan dakwah Ikhwanul Muslimin juga adalah dakwah fitnah, karena berdiri dan berjalan diatas kebodohan

Kita menasehati sebagian teman-teman kita yang masih bekerja didalamnya agar mereka segera meninggalkannya, hingga dengan itu dia tidak menyia-nyiakan waktunya pada masalah yang tidak bermanfaat bagi Islam dan kaum muslimin. Dan wajib bagi setiap muslim meyakini bahwa Allah akan menolong Islam dan kaum muslimin melalui tangan muslim mana saja dan jama’ah mana saja.

16. Adapun tentang Jama’ah Tabligh, silakan Anda membaca penuturan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Washshabi, beliau berkata:
(a). Mereka mengamalkan hadits-hadits dhaif (lemah), maudhu’ (palsu) dan yang tidak ada asalnya
(b). Tauhid mereka penuh dengan bid’ah, bahkan dakwah mereka berdasarkan bid’ah, karena dakwah mereka dasarnya adalah Al-Faqra yaitu khuruj (keluar). Dan ini diharuskan setiap bulan 3 hari. Setiap tahun 40 hari dan seumur hidup 4 bulan. Setiap minggu ada 2 Jaulah…Jaulah pertama di masjid yang didirikan shalat padanya. Dan yang kedua berpindah-pindah. Disetiap hari ada 2 halaqah, halaqah pertama di masjid yang didirikan shalat padanya. Yang kedua di rumah. Mereka tidak senang terhadap seseorang kecuali bila ia mengikuti mereka. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah bid’ah dalam agama yang tidak diperbolehkan oleh Allah
(c). Mereka berpendapat bahwa dakwah kepada tauhid itu memecah belah
(d). Mereka berpendapat bahwa mengajak manusia kepada sunnah itu memecah belah ummat
(e). Pemimpin mereka berkata dengan tegas bahwa: bid’ah yang bisa mengumpulkan manusia lebih baik daripada Sunnah yang memecah belah manusia
(f). Mereka menyuruh manusia untuk tidak menuntut ilmu yang bermanfaat secara halus atau terang-terangan
(g). Mereka berpendapat bahwa manusia tidak bisa selamat kecuali dengan cara mereka. Dan mereka membuat permisalan dengan perahu Nabi Nuh ‘alaihis salam, siapa yang naik akan selamat dan siapa yang tidak naik akan hancur. Mereka berkata:”Sesungguhnya dakwah kita seperti perahu Nabi Nuh”. Saya sendiri yang mendengarkannya di Urdun dan Yaman
(h). Mereka tidak menaruh perhatian terhadap Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma wa Sifat
(i). Mereka tidak mau menuntut ilmu dan berpendapat bahwa waktu yang digunakan untuk menuntut ilmu hanya sia-sia belaka

17. Kita mengikat pemahaman kita dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang berdasarkan pemahaman Salaf (pendahulu) ummat ini dari kalangan ahli hadits tanpa fanatik terhadap individu mereka, tetapi kita mengambil kebenaran dari orang yang membawanya. Kita tahu ada orang yang mengaku-ngaku sebagai Salafi (pengikut Salaf), padahal Salaf berlepas tangan dengan mereka, sebab dia berteman dengan orang-orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah

18. Kita berkeyakinan bahwa politik adalah bagian dari agama ini. Dan orang-orang yang memisahkan antara agama dan politik berarti ingin menghancurkan Dien (agama) ini dan ingin menyebarkan kekacauan seperti yang terjadi disebagian negeri kaum muslimin. Mereka mengatakan “Agama untuk Allah dan negara untuk bersama”. Ini adalah slogan-slogan jahiliyah

19. Kita berkeyakinan bahwa tidak ada izzah (kemuliaan) dan pertolongan bagi kaum muslimin, hingga mereka mau kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam

20. Kita membenci kelompok-kelompok baru: Komunisme, Ba’tsi, Nashiry, Sosialisme, dan Rafidhah yang telah keluar dari Islam. Kita berpendapat bahwa manusia sekarang menjadi 2 golongan, yaitu golongan Hizbur Rahman (kelompok Allah), yaitu orang-orang yang melaksanakan rukun-rukun Islam dan Iman tanpa menolak sedikitpun syariat Allah, dan Hizbusysyaithan (kelompok setan), yaitu yang memerangi syariat-syariat Allah

21. Kita mengingkari orang yang membagi agama menjadi “kulit” dan “inti”. Dan ini adalah dakwah yang menghancurkan

22. Kita mengingkari orang yang merasa tidak butuh kepada ilmu Sunnah dan mengatakan “Ini bukan waktu mempelajarinya”. Beginilah orang yang enggan mengamalkan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam

23. Kita berpendapat handaknya kita mendahulukan yang paling penting dari yang penting. Maka wajib bagi seorang muslim untuk bersungguh-sungguh memperbaiki aqidah, kemudian membinasakan komunisme dan Ba’tsiyyah dan itu bisa tercapai dengan persatuan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah

24. Kita berpendapat bahwa jama’ah yang merangkul Rafidhah, Syi’ah, Sufi, dan Sunni tidak bisa menghadapi musuh karena itu tidak akan tercapai kecuali dengan ukuwwah (persaudaraan) yang jujur dan persatuan dalam aqidah

25. Kita mengingkari orang yang berkata dan menyangka bahwa para da’i yang mengajak manusia kembali kepada Allah adalah orang-orang Wahhabi. Kita tahu bahwa mereka memiliki maksud yang sangat jijik dan kotor yaitu ingin memisahkan para ulama dengan masyarakatnya

26. Dakwah kita dan aqidah kita lebih kita cintai dari diri-diri, harta-harta dan anak-anak kita. Kita tidak akan rela menjualnya dengan emas dan uang…Kita suarakan terus dakwah ini sampai pupus harapan orang yang ingin memperalat dakwah ini. Dia mengira dia bisa mendikte kita dengan uang dan harta. Oleh sebab ini, mereka menjadi putus asa untuk membujuk kita dengan harta dan kedudukan

27. Kita membenci pemerintah-pemerintah yang ada, sekedar (sesuai dengan) kejahatan yang mereka lakukan dan kita mencintai sekedar (sesuai dengan) kebaikan yang ada padanya. Kita tidak boleh memberontak kecuali bila kita telah melihat adanya kekafiran yang jelas pada pemerintahan-pemerintahan itu berdasarkan burhan (bukti nyata) dari Allah

Pemerintah yang paling kita benci sekarang adalah pemerintahan ’Aden yang berhaluan komunis lagi Atheis, semoga Allah segera membinasakannya dan menyucikan negeri-negeri Islam darinya

28. Kita menerima bimbingan dan nasehat dari siapa saja, karena kita adalah para penuntut ilmu yang bisa benar dan salah

29. Kita mencintai Ulama Sunnah yang hidup sekarang. Dan kita ingin mengambil faedah dari mereka. Dan kita merasa sedih karena kejumudan sebagian mereka

30. Kita tidak menerima fatwa kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang tsabit (kokoh)

31. Kita mengingkari kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab dan sektor lainnya dengan adanya usaha mengunjungi kuburan Lenin dan tokoh-tokoh sesat lainnya untuk menghormati mereka

32. Kita mengingkari pemerintah muslim yang melakukan kerja sama dengan musuh-musuh Islam, baik itu antek-antek Amerika atau komunis

33. Kira mengingkari dakwah-dakwah jahiliyah seperti kesukuan dan fanatisme Arab. Kita menggolongkannya sebagai dakwah-dakwah jahiliyah dan termasuk sebab yang memundurkan umat Islam

34. Kita menunggu seorang mujaddid yang Allah akan memperbaharui agama ini melaluinya. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Daud dalam sunannya dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam:”Sesungguhnya Allah akan membangkitkan bagi umat ini disetiap 100 tahun orang yang akan memperbaharui untuk mereka agama mereka” Dan kita berharap agar kebangkitan Islam menjadi mudah karenanya

35. Kita berkeyakinan bahwa orang yang mengingkari hadits tentang Al-Mahdi dan Dajjal serta turunnya Isa bin Maryam adalah sesat. Dan bukan yang kita maksudkan imam Mahdi dari kalangan Rafidhah, akan tetapi dari Ahlul bait Nabi yang tergolong Ahlus Sunnah. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi ini telah dipenuhi dengan kezaliman. Kita katakan “yang tergolong Ahlus Sunnah”, karena orang yang mencela Sahabat tidak dianggap adil

36. Ini sekilas tentang aqidah dan dakwah kita. Kalau disebut dengan dalil akan memperpanjang kitab ini. Dan telah kusebut dengan panjang lebar dalam kitab “Al-Makhraj minal Fitnah”. Dan siapa yang memiliki keyakinan yang sebaliknya dari yang telah kita sebutkan ini, maka kami bersedia menerima nasehat jika dia benar dan kami bersedia berdebat jika dia salah serta berpaling darinya jika dia membangkang

Ini yang perlu kita ketahui. Dan ini bukan seluruh dakwah dan aqidah kita, karena dakwah kita berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah dan mengajak kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Demikianlah aqidah ini. Cukup Allah bagi kita dan Dia adalah sebaik-baik tempat bertawakal. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah. (Diambil dari kitab “Hadzihi Da’watuna wa ‘Aqidatuna hal 11-23 dan dialih bahasakan oleh Mummad ‘Ali ‘Ishmah Al-Medani)

(Diambil dari Buletin Al-Manhaj, edisi 7/1419 H/1999 M, yang diterbitkan oleh Lajnah Khidmatus Sunnah wa Muharobatul Bid’ah. Ponpes Ihyaus Sunnah. Degolan-Yogyakarta)

Ibnu Saba Bukan Tokoh Fiktif

0 komentar
Alih Bahasa : Muhammad Elvi Syamsi

Dakwaan yang mengatakan Abdullah bin Saba itu adalah tokoh fiktif, selalu dielu-elukan oleh orang syiah moderen dan orang orentalis, agar mereka bisa diterima ditengah-temgah masyarakat. Dakwaan seperti ini bagaikan orang yang mengingkari cahaya matahari ditengah siang bolong lagi cerah. Marilah kita lihat apa pengakuan orang syiah terdahulu terhadap keberadaan Abdullah bin Saba, sebagai bukti yang konkrit atas keberadaannya :

1) An Nasyi Al Akbar (293 H) mencantumkan tantang Ibnu Saba, dan golongan As Sabaiyah, yang teksnya : "Dan suatu golongan yang mereka mendakwahkan bahwa Ali alaihi salam masih hidup dan tidak pernah mati, dan ia tidak akan mati sampai ia menghalau (mengumpulkan) orang arab dengan tongkatnya, orang ini adalah As Sabaiyah, pengikut Abdullah bin Saba. Dan adalah Abdullah bin Saba seorang laki-laki dari penduduk Sana, seorang yahudi, telah masuk Islam lewat tangan Ali dan bermukim di Al Madain…."
Ref : Masailul Imaamah Wa Muqtathofaat minil kitabil Ausath fil Maqalat / ditahqiq oleh Yusuf Faan As, (Bairut 1971) hal : 22, 23.

2) Al Qummi (301 H), menyebutkan : "Sesungguhnya Abdullah bin Saba adalah orang yang pertama sekali menampakkan celaan atas Abu Bakr, Umar, dan Utsman, serta para sahabat, dan berlepas diri dari mereka. Dan ia mendakwakan sesungguhnya Ali-lah yang memerintahkannya akan hal itu. Dan sesungguhnya Taqiyah tidak boleh. Lalu Ali diberitahukan, lantas Alipun menanyakannya akan hal itu, maka ia mengakuinya. Dan Ali memerintah untuk membunuhnya, lalu orang-orang berteriak dari setiap penjuru : "Wahai Amirul Mukminin apakah anda akan membunuh seorang yang mengajak kepada mencintai kalian Ahli Bait, dan mengajak kepada setia kepadamu dan berlepas diri dari musuh-musuhmu, maka biarkan dia pergi ke Al Madain"
Ref : Al Maqaalat wal Firaq, hal : 20. Diedit dan dikomenteri serta kata pengantar oleh Dr. Muhammad Jawad Masykur, diterbitkan oleh Muasasah Mathbuati athani, Teheran 1963.

3) An Naubakhti (310H) menyetujui Al Qummi dalam memperkuat barita-berita tentang Abdullah bin Saba, lalau ia menyebutkan satu contoh, yaitu bahwasanya tatkala sampai kepada Abdullah bin Saba berita kematian Ali di Madain, maka ia berkata kepada orang yang membawa berita itu : "Kamu telah berdusta kalau seandainya kamu datang kepada kami dengan otaknya sebanyak tujuh puluh kantong, dan kamu mendatangkan tujuhpuluh saksi atas kematiannya,maka sungguh kami telah mengetahui sesungguhnya dia belum mati, dan tidak terbunuh, dan tidak akan mati sampai ia memiliki bumi".
Ref : Firaqus Syiah : hal : 23. oleh Abu Muhammad Al Hasan bin Musa An Naubakhti, ditashhih oleh H. Raiter, Istambul, percetakan Ad Daulah, 1931.

4) AL Kisysyi mencantumkan (dari tokoh-tokoh abad ke empat) beberapa rawayat yang menegaskan hakikat Ibnu Saba, dan menerangkan kabar beritanya, dan ini sebagiannya :
"Telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Quluwiyah Al Qummi, ia berkata : telah menceritakan kepada saya Saad bin Abdillah bin Abi khalaf Al Qummi, ia berkata telah menceritakan kepada saya Muhammad bin Utsman Al Abdi dari Yunus dengannya, Abdurrahman bin abdillah bin Sinan telah berkata : telah menceritakan kepada saya Abu Jafar Alaihis Salam : sesungguhnya Abdullah bin Saba, adalah orang yang mendakwakah kenabian, dan mendakwakan bahwa sesungguhnya Amirul Mukminin alaihi salam, sebagai Allah, Maha tinggi dari hal itu dengan ketinggian yang besar. Lalu berita itu sampai ke Amiril mukminin alaihis salam, beliau menanyakannya, maka iapun mengakui hal itu, dan berkata : Ya, engkau adalah Dia (Allah), dan sungguh telah dibisikkan ke dalam hatiku, bahwasanya engkau adalah Allah, dan saya adalah nabi. Lalu Amirul Mukminin berkata kepadanya : Celaka kamu, sungguh syaitan telah menguasaimu, kembalilah kamu (kepada kebanaran) dari ini, celaka ibumu, dan bertaubatlah. Maka iapun enggan (untuk bertaubat), lalu beliau menahannya, dan memintanya agar bertaubat selama tiga hari, namun belum juga bertaubat, lantas beliau membakarnya dengan api, dan berkata : syaitan telah menguasainya, selalu mendatanginya dan membisikkan ke dalam hatinya hal itu."
Ref : Al Kisysyi : Rajalul Kasysyi hal : 98, 99, marifatu Akhbaarir Rijaal (al mathbaah al musthafawiyah 1317) hal : 70.

5) Abu Hatim Ar Razi (322H) (bukan Abu Hatim Sunni karena ia meninggal th 277 H) menyebutkan bahwasanya Abdullah bin Saba dan orang-orang yang mengikuti perkataannya dari kalangan As Sabaiyah, adalah mereka mendakwakan sesungguhnya Ali adalah Tuhan dan beliau menghidupkan orang mati, dan mendakwakah menghilangnya Ali setelah meninggal dunia dan berhenti sebatas itu…
Ref : Az Zinah Fil Kalimaatil Islamiyah Al Arabiyah, hal : 305. ditahqiq oleh DR. Abdullah bin Salum As Samiraai (terbitan Daarul Huriyah litabaah, di baghdad 1392 H / 1972).

5) Berkata syeikh golongan ini : Abu Jafar Muhammad bin Al Hasan at Thuusi (460 H). tentang Ibnu Saba, bahwa sesungguhnya ia telah kembali ke kafiran dan menampakkan pujian yang melampaui batas, kemudian ia menukilkan di kitabnya " Tahdziibul Ahkaam" sikap Ibnu Saba dimana ia menantang Ali dalam mengangkat kedua tangan ke langit.
Ref : At Thuusi "Tahdziibul Ahkaam" (diterbitkan oleh Darul Kutub Al Islamiyah / Teheran, cetakan ke dua) dita;liq oleh Hasan AL Musawi, 2/322.

Al Hasan bin Ali Al Hulliy (726 H) menyebutkan Abdullah bin Saba dari golongan-golongan orang yang lemah (tercela).
Ref : Ar Rijaal (cetakan AL Haidariyah / An Najfah 1392 H) : 2/71.

Adapun Ibnu Murtadha (Ahmad bin Yahya meninggal tahun 840 H) yang ia itu adalah orang mutazilah dan menisbatkan dirinya ke Ahli Bait, dan termasuk imam (tokoh) syiah Zaidiyah, maka dia tidak hanya memperkuat keberadaan Ibnu saba, bahkan menegaskan bahwa sumber ajaran syiah dinisbatkan kepada Abdullah bin Saba, karena ia adalah orang yang pertama kali membuat perkataan adanya nas (ketetapan keimaman), dan perkataan keimaman dua belas imam.
Ref : Tabaqatul Mutizilah (diterbitkan oleh Faranz syatainr / setakan Al Katolikiyah / Bairut hal : 5 dan 6) dan lihat juga Dirasaat fil firaq wa aqaidil Islamiyah (diterbitkan oleh Penerbit Irsayd Baghdad) hal : 5.

Ini adalah sebagian kecil dari nas-nas yang dikandung oleh buku-buku syiah dan riwayat-riwayat mereka tentang Abdullah bin Saba, dan saya sebutkan di riwayat-riwayat di atas tanpa komentar karena nas itu sendiri sudah cukup untuk memberikan apa yang kita maksudkan di sini, nas-nas itu boleh dikatakan dokumen-dokumen tertulis membantah orang-orang dari kalangan syiah belakangan ini berusaha untuk mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba dan meragui kabar beritanya, dengan dalih sedikitnya berita atau lemahnya sumber-sumber yang menceritakan.

Adapun perkataan tentang Saif bin Umar At Tamimi yang mereka berusaha untuk menegakkan benang basah, dengan dalih Saif bin Umar At Tamimi haditsnya tidak bisa diterima, maka saya katakan :
Okelah kalau seandainya yang anda cantumkan dari perkataan ulama jarh wa tadil tentang Saif bin Umar at Tamimi, bahwa lemah dan haditsnya tidak bisa diterima. Pembicaraan anda terpokus pada Saif bin Umar At Tamimi yang berkapasitas sebagai muhadits (ahli hadits dan yang meriwayatkan hadits). Dan apa gerangan perkataan ulama tentang dia sebagai orang yang berkapasitas Ahli sejarah, marilah kita kembali ke buku-buku rijal (jarh wa tadil) :

Berkata Adz Dzahabi : adalah ia sebagai ahli sejarah yang mengetahui" (Mizan Itidal : 2/255).
Berkata Ibnu Hajar : Lemah dalam Hadits, pakar (rujukan) dalam sejarah" (Taqriibut Tahdziib no 2724).

Dangan ini habislah lemah dan ditinggalkan yang dinisbatkan ke diri Saif dalam segi Hadits bukan dalam segi sejarah Inilah titik pembahasan kita.
Perlu diketahui, kita harus membedakan antara meriwayatkan hadits dengan yang meriwayatkan sejarah (kisah), maka atas yang pertama (riwayat hadits) hukum-hukum dibangun dan ditegakkan, dilaksanakannya hudud, maka ia berhubungan langsung dengan pokok syariat agaman yaitu sunnah nabi, dan sinilah ulama selalu sangat hati-hati menentukan syarat-syarat orang yang akan diambil riwayatnya. Berbeda halnya dengan riwayat sejarah (kisah), walaupun tak kalah penting –apalagi dalam mengisahkan sejarah sahabat- akan tetapi tidak melahirkan hukum-hukum yang lazim dari ajaran agama, karena perkataan seseorang itu bisa dipakai dan dibuang kecuali perkataan penghuni kubur ini (yaitu Nabi) sebagaimana kata Imam Malik. Sebab semua perkataan nabi menjadi syariat bagi kita, semua yang shahih harus diambil dan tidak boleh ditinggalkan.
Sebagai argumen yang memperkuat perkataan kita bahwa saif bin umar at tamimi ini adalah umdah, pokok, dan tempat bersandar dalam masalah sejarah,
1) Bahwa Imam Thobari menukil darinya kejadian-kejadian fitnah lebih banyak daripada yang lain, sampai-sampai ia berpatokkan kepadanya. (lihat At Thobari :4/344).
2) Kemudian Adz Dzahabi menjadikan Saif adalah salah satu sumber yang dipegangnya dalam kitabnya Tarikhul Islam. (lihat tarikhul Islam : 1/14,15).
3) Adapun Ibnu Katsir ia lebih cenderung untuk menshahihkan riwayat saif dalam kronologi terbunuhnya Utsman, walaupun ia mencatumkan lebih dari satu riwayat dalam bab itu, perlu diketahui bahwa di bab itu ada riwayat Khalifah bin Khayat (salah seorang guru Bukhari) dan riwayatnya lebih kuat dari riwayat saif. (lihat bidayah wan nihayah : 7/203)
Dari pandangan ahli sejarah yang terdahulu kita meninjau pendapat ahli sejarah masa kini tentang saif bin Umar At Tamimi :
Muhibbuddin Al Kahthib berkata tentang Saif : …. Dan beliau adalah ahli sejarah yang paling mengetahui tetang sejarah Iraq" (lihat :
Dan darinya dari guru-gurunya ia berkata : dan ia orang yang lebih mengetahui dari kalangan ahli sejarah tetang kejadian di Iraq.
Berkata Ahmad Ratib Armusy : dan jelas dari reffrensi buku-buku biografi, bahwa sesungguhnya Saif tidka termasuk perowi hadits yang diandalkan (dipercayai), akan tetapi pengarang-pengarang buku biografi itu sepakat bahwa dia adalah pakar / pemimpin dalam sejarah, bahwasanya dia itu adalah ahli sejarah yang mengetahui, dan sungguhn At Thobari telah bersandar kepadanya dalam kejadian-kejadian di masa permualaan Islam.(lihat buku Fitnah wa waqiatul Jamal, hal : 27)
Adapun Dr. Ammar At Tholibi mengisyaratkan bahwa saif adalah termasuk ahli sejarah yang terdahulu, karena ia meninggal pada zaman pemerintahan Ar Rasyid (193 H) setelah tahun 170 H. dan dari segi lain ia merupakan rijal Tirmizi (279 H) –orang-orang yang melaluinya Tirmizi meriwayatkan hadits-, dan ia (Tirmizi) belum menyanggah riwayatnya akan perowi lain. Dan tidak seorangpun dari kalangan ahli hadits dan ahli sejarah yang membantah khabarnya (riwayatnya) khususnya berhubungan dengan Ibnu Saba. (lihat buku : Araa Khawarij : 77).
Kita tambahkan lagi di sini bahwa sesungguhnya orang-orang yang menghukum Saif itu lemah (dalam hadits), dan berbicara tentang dirinya, mereka meyebutkan Ibnu saba, dan mereka tidak mengingkarinya, seperti : Ibnu Hibban (Al Majruhiin 1/208 dan 2/253), Adz Dzahabi (Al Mughni fi Duafaa 1/399 dan di Mizanul Itidal 2/426) dan ibnu Hajar (Lisanul Mizan 3/290).
Dengan demikian dapatlah kita memastikan bahwa Abdullah bin Saba, bukanlah tokoh fiktif akan tetapi adalah tokoh yang ada realitanya, dan terbukti ia itu ada. Hal itu telah disaksikan sendiri oleh buku-buku syiah terdahulu yang menjadi pegangan mereka. Dan sesungguhnya orang yang berusaha mengkaburkan dan mengingkari keberadaan Abdullah bin Saba, sama dengan orang yang mengingkari cahaya matahari pada siang bolong yang terang benderang. Dan sama dengan orang yang mengingkari keberadaan Kumaini yang celaka yang telah meninggal.

Hukum Sholat Jamaah

0 komentar
Banyak dari kita yang meremehkan shalat berjamaah. Oleh karenanya, melalui tulisan ini akan coba kami jelaskan mengenai hukum-hukum tentang wajibnya shalat berjama誕h, karena sebe-narnya masalah ini adalah masalah yang teramat penting.

Allah SWT banyak menyebut kata "sha-lat" dalam Al Qur誕nul Karim. Ini menandakan begitu penting perkara ini. Allah SWT berfirman :
"Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk."(Al Baqarah : 43)
Ayat mulia ini merupakan nash tentang kewajiban shalat berjamaah. Dan dalam surat An- Nisa・Allah berfirman yang artinya :
"Dan apabila kamu berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (sha-lat) besertamu dan menyandang senjata, kemu-dian apabila mereka (yang shalat besertamu) su-jud (telah menyempurnakan serekat), maka hen-daklah mereka dari belakangmu (untuk meng-hadapi musuh) dan hendaklah datang golongan kedua yang belum shalat, lalu bershalatlah me-reka denganmu , dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata・ (An Nisa・102)

Pada ayat diatas Allah mewajibkan sha-lat berjamaah bagi kaum muslimin dalam kea-daan perang. Bagaimana bila dalam keadaan damai ?!. Telah disebutkan diatas bahwa "..dan hendaklah datang segolongan kedua yang be-lum shalat, lalu bershalatlah bersamamu・. Ini adalah dalil bahwa shalat berjamaah adalah far-dhu 疎in, bukan fardu kifayah, ataupun sunnah. Jika hukumnya fardhu kifayah, pastilah gugur kewajiban berjamaah bagi kelompok kedua ka-rena penunaian kelompok pertama. Dan jika hu-kumnya adalah sunnah, pastilah alasan yang pa-ling utama adalah karena takut.

Dan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 疎nhu berkata: "Seorang laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai pe-nuntun yang akan menuntunku ke Masjid. " Ma-ka dia minta keringanan untuk shalat dirumah, maka diberi keringanan. Lalu ia pergi, Beliau memanggilnya seraya berkata: "Apakah kamu mendengar adzan ? Ya, jawabnya. Nabi berkata :"Kalau begitu penuhilah (hadirilah)!"

Didalam hadits ini Rasulullah shallallahu 疎laihi wassallam tidak memberikan keringanan kepada Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahu 疎nhu untuk shalat dirumahnya (tidak berjamaah) kendati ada alasan, diantaranya:

Keadaan beliau buta.
Tidak adanya penuntun ke Masjid.
Jauh rumahnya dari Masjid.
Adanya pohon-pohon kurma dan lain-lain yang ada diantara rumah beliau dan Masjid.
Adanya binatang buas di Madinah.
Tua umurnya dan telah lemah tulang-tulang-nya.

Abu Hurairah radhiyallahu 疎nhu meri-wayatkan bahwa Nabi shallallahu 疎laihi wassallam telah bersabda : "Aku berniat meme-rintahkan kaum muslimin untuk mendirikan sha-lat. Maka aku perintahkan seorang untuk menjadi imam dan shalat bersama. Kemudian aku berang-kat dengan kaum muslimin yang membawa seikat kayu bakar menuju orang-orang yang tidak mau ikut shalat berjamaah, dan aku bakar rumah-rumah mereka." (Al Bukhari-Muslim)

Hadits diatas telah menjelaskan bahwa tekad Rasulullah shallallahu 疎laihi wassallam untuk membakar rumah-rumah disebabkan mereka tidak keluar untuk shalat berjamaah di masjid. Dan masih banyak lagi hadits yang menerangkan peringatan keras Rasulullah terhadap orang-orang yang tidak hadir ke masjid untuk berjamaah bukan semata-mata karena mereka meninggalkan shalat, bahkan mereka shalat di rumah-rumah mereka.

Ibnu Hajar berkata : "Hadits ini telah menerangkan bahwa shalat berjamaah adalah fardhu 疎in, karena kalau shalat berjamaah itu hanya sunnah saja, Rasulullah tidak akan berbuat keras terhadap orang-orang yang meninggalkannya, dan kalau fardhu kifayah pastilah telah cukup dengan pekerjaan beliau dan yang bersama beliau."

Abdullah bin Mas置d radhiyallahu 疎nhu berkata : "Engkau telah melihat kami, tidak sese-orang yang meninggalkan shalat berjamaah, ke-cuali ia seorang munafik yang diketahui nifaknya atau seseorang yang sakit, bahkan seorang yang sakitpun berjalan (dengan dipapah) antara dua orang untuk mendatangi shalat (shalat berjamaah di masjid). "Beliau menegaskan : "Rasulullah shallallahu 疎laihi wassallam mengajarkan kita jalan-jalan hidayah, dan salah satu jalan hidayah itu adalah shalat di masjid (shalat yang diker-jakan di masjid)." (Shahih Muslim)

Ibnu Mas置d juga mengatakan : "Barang siapa mau bertemu dengan Allah SWT di hari akhir nanti dalam keadaan muslim, maka hen-daklah memelihara semua shalat yang dise-rukan-Nya. Allah SWT telah menetapkan jalan-jalan hidayah kepada para Nabi dan shalat ter-masuk salah satu jalan hidayah. Jika kalian sha-lat dirumah maka kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, dan kalian akan sesat. Se-tiap Lelaki yang bersuci dengan baik, kemudian menuju masjid, maka Allah SWT menulis setiap langkahnya satu kebaikan, mengangkatnya satu derajat, dan menghapus satu kejahatannya. Eng-kau telah melihat dikalangan kami, tidak pernah ada yang meninggalkan shalat (berjamaah), ke-cuali orang munafik yang sudah nyata nifaknya. Pernah ada seorang lelaki hadir dengan dituntun antara dua orang untuk didirikan shaf."

Ibnu Mas置d, Abdullah bin Abbas dan Abu Musa Al-Asy誕ri radhiyallahu 疎nhum berkata : "Barangsiapa yang mendengar adzan kemudian dia tidak mendatanginya tanpa udzur, maka tidak ada shalat baginya."

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata : "Tidak ada tetangga masjid kecuali shalat di masjid." Ketika ditanyakan kepada beliau : "Siapa tetangga masjid ?" Beliau menjawab : "Siapa saja yang mendengar panggilan adzan." Kemudian kata beliau : "Barangsiapa mendengar panggilan adzan dan dia tidak mendatanginya maka tidak ada shalat baginya, kecuali dia mempunyai udzur.

Meningggalkan shalat berjamaah meru-pakan salah satu penyebab untuk meninggalkan shalat sama sekali. Dan perlu diketahui bahwa meninggalkan shalat adalah kekufuran, dan ke-luar dari islam. Ini berdasar pada sabda Nabi : "Batas antara seseorang dengan kekufuran dan syirik adalah meninggalkan shalat." (HR. Muslim). "Janji yang membatasi antara kita dan orang-orang kafir adalah shalat. Barang siapa meninggalkannya, maka ia kafir."

Setiap muslim wajib memelihara shalat pada waktunya, mengerjakan shalat sesuai de-ngan yang disyariatkan Allah, dan mengerjakan secara berjamaah di rumah-rumah Allah. Setiap muslim wajib taat kepada Allah dan rasul-Nya, serta takut akan murka dan siksanya.

Tidak bisa dipungkiri shalat berjamaah mempunyai beberapa hikmah serta kemaslahatan. Hikmah yang tampak adalah :

Akan timbul diantara sesama muslim akan sa-ling mengenal dan saling membantu dalam kebaikan, ketaqwaan, dan saling berwasiat de-ngan kebenaran dan kesabaran.

Saling memberi dorongan kepada orang lain yang meninggalkannya, dan memberi penga-jaran kepada yang tidak tahu.

Menumbuhkan rasa tidak suka / membenci kemunafikan.

Memperlihatkan syiar-syiar Allah ditengah-tengah hamba-Nya.

Sarana dakwah lewat kata-kata dan perbuatan.

Hadits mengenai wajibnya shalat berja-maah dan kewajiban melaksanakannya di rumah Allah sangat banyak Oleh karena itu setiap mu-slim wajib memperhatikan, dan bersegera melak-sanakannya. Juga wajib memberitahukan hal ini kepada anak-anaknya, keluarga, tetangga, dan se-luruh teman-teman seaqidah agar mereka melak-sanakan perintah Allah SWT dan rasul-Nya dan agar mereka takut terhadap larangan Allah dan rasul-Nya dan agar mereka menjauhkan diri dari sifat-sifat orang munafik yang tercela, dianta-ranya malas mengerjakan shalat